Selasa, 15 Februari 2011

STRATEGI PEMBELAJARAN BEROSRIENTASI AKTIVITAS SISWA


PEMBAHASAN


A.    Pengertian Strategi, Metode Dan Pendekatan Pembelajaran
Pada mulanya istila strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan  seluruh kekuatan militer untuk memenangkan sesuatu peperangan. Seseorang yang berperan dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dari kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan setiap personal, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya, dan lain sebaginya.
Dari ilustrasi tersebut dapat kita simpulkan, bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagi a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976) yang dikutif dari buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, karya: Dr. Wina Sanjaya, M. Pd, jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ø  Kemp (1995)
Strategi pembelajaran adalah Suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Ø  Dick and Carey (1985)
Strategi pembelajaran adalah Suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Dalam upaya mengimplementasikan rencana atau strategi yang disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun secara bisa optimal maka membutuhkan sesuatu yaitu method atau sering kita sebut dengan metode.
Metode adalah cara untuk mencapai sesuatu tujuan yang dilakuakan setelah adanya strategi supaya tujuan bisa tercapai. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi suatu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan dengan metode ceramah sekaligus metode Tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu strategi berbeda dengan metode.
Strategi lebih menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi.
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah Pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung dari pendekatan tertentu.
Roy Killen (1998) yang dikutif dari buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, karya: Dr. Wina Sanjaya, M. Pd, dia menyebutkan bahwa ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu :
1.      Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches)
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau belajar ekspositori.
2.      Pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches)
Sedangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta pembelajaran induktif.
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru mempunyai taktik yang mungkin berbeda antara guru satu dengan yang lain.
B.    Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan, diantaranya adalah :
1.      Strategi pembelajaran exposition
Bahan pembelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dalam strategi ini materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagi penyampai informasi.  
2.      Strategi pembelajaran discovery
Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagi aktifitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagi fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian maka strategi ini sering disebut strategi pembelajaran tidak langsung.
3.      Strategi pembelajaran individual
Strategi ini dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didisain untuk belajar sendiri. Contoh: belajar melalui modul, atau belajar melalui kaset audio.
4.      Strategi pembelajaran individual kelompok
Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberpa orang guru. Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
5.      Strategi pembelajaran deduktif (dari umum ke khusus)
Adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak kemudian secara perlahan-lahan menuju ke hal yang kongkret.
6.      Strategi pembelajaran induktif (dari Khusus ke umum)
Bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang kongkret atau contoh-contoh yang kemudian dihadapkan pada materiyang kompleks dan sukar.
C.    Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Maka dari itu kita harus berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar agar semua tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagimana cara mencapainya. Maka dari itu sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberpa pertimbangan yang harus diperhatikan.
1.      Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai:
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan :
o   Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor ?
o   Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah ?
o   Apakah untuk mencapai tujuan itu keterampilan dan akademis ?
2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atu materi pembelajaran:
o   Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hokum atau teori tertentu ?
o   Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan persyaratan tertentu atau tidak ?
o   Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi-materi itu ?
3.      Pertimbangan dari sudut siswa:
o   Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
o   Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi siswa ?
o   Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
4.      Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
o   Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
o   Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
o   Apakah strategi itu memiliki nilai efektifitas dan efisiensi ?
D.    Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Dalam Konteks Standar Proses Pendidikan.
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus diperhatiakan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan keadaan, setiap strategi kekhasan sendiri-sendiri.
Guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu, guru guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagi berikut :
1.      Berorientasi pada tujuan
Dalam system pembelajaran tujuan merupakan kompnen yang utama. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Apabila kita ingin siswa terampil computer maka tidak mungkin menggunakan strategi penyampain (bertutur), untuk mencapai itu sisiwa harus praktek secara langsung.
2.      Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas siswa. Bukan hanya aktifitas fisik saja tetapi harus bisa mendorong aktifitas fsikis.
3.      Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku terhadap setiap siswa.
4.      Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa terintegrasi. Di dalam pengguanaan  metode diskusi targetnya tidak hanya pengembangan aspek intelektualitas saja tetapi harus mendorong mereka agar berkembang secara keseluruhan, misalnya agar dapat menghargai pendapat orang lain, agar dapat mengeluarkan gagasan, agar dapat bersikap jujur,tenggang rasa dan lain-lain.
Begitu pula menurut Peraturan Pemerintah No. 19 BAB IV Pasal 19 mengatakan bahwa proses pembelajaran pada suatu pendidikan deselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Sesuai dengan isi peraturan pemerintah diatas, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, sebagai berikut:
1.      Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan demikian, proses proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, maupun anatara siswa dan lingkungannya. Dengan interaksi siswa akan mampu berkembang baik mental maupun intelektual.
2.      Inspiratif
Proses yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri.
3.      Menyenangkan
Potensi siswa akan berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan menegangkan.
4.      Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemapuan berpikir yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Untuk itu dalam hal-hal tertentu sebaiknya guru memberikan informasi yang “meragukan” kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktukannya.
5.      Motivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanapa adanaya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Guru harus dapat menunjukan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, agar siswa akan belajar bukan hanya untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
E.     Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS).
Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa:
v  Asumsi Filosofis tentang pendidikan.
Bahwa pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, social, maupun kedewasaan moral.
v  Asumsi Tentang Siswa sebagai Subjek belajar.
Asumsi ini menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus di jejali dengan informasi, tetapi mereka adlah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik itu.
v  Asumsi tentang guru.
Adalah guru yang betanggung jawab, memiliki kemampuan yang profesional, kode etik dan peran sebagi sumber belajar.
v  Asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran
Adalah bahwa proses pengajaran direncanakan dan di laksanakan sebagai suatu sistem.
1.      Konsep dan tujuan PBAS.
Konsep PBAS adalah  sesuatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Maka dari itu dari konsep tersebut ada 2 poin yang harus di pahami, yaitu:
o  Dipandang dari segi proses pembelajaran.
PBSA menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBSA ini menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual.
o  Dipandang dari hasil belajar
PBSA menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Artinya, PBSA pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran.
Tujuan PBSA diantaranya adalah:
1)   Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna
2)   Mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki.
Maka jelas PBSA berbeda dengan proses pembelajaran yang sekarang banyak berlangsung, yang bukan hanya membentuk manusia yang cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang bertaqwa dan memiliki keterampilan di samping memiliki sikap budi pekerti yang luhur.
2.      Peran guru dalam implementasi PBAS
Dalam implementasi PBSA, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, diantaranya adalah:
1)   Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran di mulai.
2)   Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3)   Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
4)   Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukan.
5)   Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing, dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
6)   Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan.
Dengan demikian, guru tidak menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
3.      Penerapan PBAS dalam proses pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar PBSA diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan lain sebaginya.
Untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBSA yang tinggi, sedang, atau rendah, dapat kita lihat dari kriteria penerapan PBSA dalam proses pembelajaran. Criteria tersebut menggambarkan sejauhmana keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yaitu dalam :
1)   Proses perencanaan.
o   Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
o   Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
o   Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
o   Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.
2)   Proses pembelajaran.
o   Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran.
o   Siswa belajar langsung, (experiential learning)
o   Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
o   Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
o   Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah.
o   Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antar siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru.
3)   Kegiatan evaluasi pembelajaran.
o   Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
o   Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
o   Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.
4.      Faktor yang mempengaruhi keberhasilan PBAS
Keberhasilan penerapan PBSA dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
1)   Guru.
Guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan penerapan PBSA karena guru berhadapan langsung dengan murid. Ada beberapa hal yang yang mempengaruhi keberhasilan PBSA dipandang dari sudut guru, yaitu:
o   Kemampuan guru.
Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa.
o   Sikap professional guru.
Guru yang professional selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. Karena PBSA tidak akan berhasil diimplementasikan oleh guru yang memiliki motivasi yang rendah.
o   Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru.
Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variable-variabel pembelajaran.
2)   Sarana belajar.
Dengan adanya sarana dan prasarana maka proses pembelajaran PBSA akan berjalan sesuai dengan tujuan. Diantara sarana yang harus tersedia adalah:
o   Ruang kelas.
Kondisi ruang kelas merupakan faktor sarana yang menentukan keberhasilan, yang meliputi :
·         Luas ruang kelas.
·         Penataan ruang kelas.
·         Ventilasi ruang kelas.
·         Desain tempat duduk siswa.
o   Media dan sumber belajar.
PBSA merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan multimetode dan multimedia. Artinya siswa memungkinkan belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri. Media yang diperlukan diantaranya adalah:
·         Media grafis.
ü  Buku
ü  Majalah
ü  Surat kabar
ü  Bulletin
ü  Dll
·         Media elektronik
ü  Radio
ü  Televisi
ü  Film slide
ü  Video
ü  Komputer
ü  Internet
Oleh karena itu, keberhsilan penerapan PBSA akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar.
3)   Lingkungan belajar.
Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan PBSA. Ada dua hal yang termasuk kedalam faktor lingkungan belajar, yaitu:
o   Lingkungan fisik.
Meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya: jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar kecil, jumlah guru serta lokasi sekolah itu berada.
o   Lingkungan psikologi.
Adalah iklim social yang ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya:
·         Keharmonisan hubungan antara guru dengan guru.
·         Keharmonisan hubungan antara guru dengan kepala sekolah.
·         Keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan orang tua.
Oleh karena itu, tidak mungkin PBSA dapat di laksanakan dengan sempurna manakala tidak terjalin hubungan yang baik antara semua pihak yang terlibat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar